Bagaimana Cara Membeli Saham di Indonesia?
Kali ini kita akan membahas salah satu pertanyaan paling sering diajukan oleh pemula yang tertarik dengan dunia investasi: bagaimana sih cara membeli saham di Indonesia? Tenang, prosesnya sebenarnya tidak sesulit yang dibayangkan. Asalkan kamu tahu langkah-langkahnya, siapa pun bisa mulai berinvestasi saham, bahkan hanya dengan modal ratusan ribu rupiah.
Pertama-tama, mari kita pahami dulu bahwa membeli saham di Indonesia hanya bisa dilakukan melalui Bursa Efek Indonesia atau BEI. Tapi kamu tidak bisa langsung membeli saham ke BEI. Kamu membutuhkan perantara yang disebut perusahaan sekuritas atau broker. Perusahaan sekuritas ini akan menjadi penghubung antara kamu sebagai investor dengan pasar saham.
Langkah pertama yang harus kamu lakukan adalah membuka rekening efek di perusahaan sekuritas. Rekening efek ini mirip seperti rekening bank, tapi khusus untuk aktivitas jual beli saham dan penyimpanan dana investasi. Untuk membuka rekening efek, kamu bisa mendaftar secara online melalui aplikasi yang disediakan oleh sekuritas pilihanmu. Beberapa sekuritas yang populer di Indonesia antara lain BCA Sekuritas, Mandiri Sekuritas, Mirae Asset, IndoPremier, Ajaib, Stockbit, dan banyak lagi.
Saat mendaftar, kamu akan diminta mengisi data pribadi seperti KTP, NPWP, informasi pekerjaan, dan juga tanda tangan digital. Proses verifikasi biasanya hanya memakan waktu 1 hingga 3 hari kerja. Setelah akunmu aktif, kamu juga akan dibuatkan rekening dana nasabah atau RDN. RDN ini berfungsi sebagai tempat untuk menyimpan uang yang akan digunakan membeli saham, dan juga tempat masuknya dana hasil penjualan saham.
Langkah berikutnya adalah menyetor dana ke RDN. Kamu bisa mentransfer uang dari rekening bank pribadi ke RDN melalui internet banking atau mobile banking. Setiap RDN biasanya terhubung dengan bank tertentu seperti BCA, BRI, Mandiri, atau BNI. Setelah dana masuk ke RDN, barulah kamu bisa mulai membeli saham.
Setelah semua siap, saatnya kita masuk ke proses pembelian saham secara langsung. Buka aplikasi sekuritas milikmu, lalu cari nama perusahaan yang ingin kamu beli sahamnya. Setiap perusahaan di BEI memiliki kode saham, biasanya terdiri dari 4 huruf. Misalnya, BBCA untuk Bank BCA, TLKM untuk Telkom, atau GOTO untuk GoTo. Kamu bisa mencari kode saham melalui menu pencarian di aplikasi.
Setelah menemukan saham yang kamu inginkan, kamu tinggal masukkan jumlah lot yang ingin dibeli. Satu lot sama dengan 100 lembar saham. Jadi kalau kamu beli 1 lot saham BBCA seharga 10.000 rupiah per lembar, maka total yang harus kamu bayar adalah 1 juta rupiah, belum termasuk biaya transaksi.
Sebelum menekan tombol beli, kamu juga bisa memilih di harga berapa kamu ingin membeli saham tersebut. Jika kamu ingin langsung membelinya di harga pasar, kamu bisa gunakan fitur beli “market”. Tapi kalau kamu ingin menunggu harga tertentu, kamu bisa gunakan fitur “limit order” dan masukkan harga yang kamu inginkan.
Setelah transaksi berhasil, saham akan langsung masuk ke dalam portofolio kamu di aplikasi. Dari situ, kamu bisa melihat berapa lembar saham yang kamu miliki, harga belinya, dan berapa nilai keuntungannya jika harga naik. Kalau kamu ingin menjualnya kembali, prosesnya juga mudah. Tinggal masuk ke portofolio, pilih saham yang ingin dijual, tentukan harga dan jumlah lot, lalu klik jual.
Tapi perlu diingat, setiap transaksi jual beli saham akan dikenakan biaya. Umumnya, biaya beli berkisar antara 0,1% hingga 0,15% dari total transaksi, dan biaya jual sekitar 0,2% hingga 0,3%. Biaya ini langsung dipotong otomatis oleh aplikasi, jadi kamu tidak perlu repot menghitungnya sendiri.
Sekarang, kamu mungkin bertanya: saham apa yang sebaiknya dibeli oleh pemula? Jawabannya tergantung pada tujuan investasi dan profil risikomu. Kalau kamu pemula, sangat disarankan untuk mulai dari saham-saham blue chip, yaitu saham dari perusahaan besar yang stabil dan punya fundamental kuat. Contohnya adalah saham perbankan, telekomunikasi, atau consumer goods. Kamu juga bisa mengecek saham-saham yang masuk indeks LQ45 atau IDX30 sebagai referensi awal.
Selain itu, penting juga untuk belajar menganalisis saham sebelum membeli. Ada dua pendekatan umum, yaitu analisis fundamental dan analisis teknikal. Analisis fundamental melihat kinerja perusahaan dari sisi laporan keuangan, prospek bisnis, dan manajemen. Sedangkan analisis teknikal melihat grafik pergerakan harga saham untuk memprediksi tren ke depan.
Kalau kamu belum terbiasa menganalisis, tidak masalah. Banyak aplikasi sekarang yang sudah menyediakan fitur rekomendasi saham, analisa teknikal otomatis, serta berita terkini yang bisa kamu pelajari. Tapi ingat, keputusan akhir tetap di tangan kamu sebagai investor.
Satu hal penting lainnya adalah disiplin dan konsistensi. Jangan berharap kaya mendadak dari saham dalam waktu semalam. Saham adalah instrumen investasi jangka panjang. Tujuan utamanya adalah menumbuhkan nilai kekayaan secara bertahap. Jadi, lebih baik beli saham secara rutin, misalnya setiap bulan, dan biarkan investasi itu tumbuh seiring waktu.
Dan yang tak kalah penting, jangan berinvestasi dengan uang panas atau uang yang kamu butuhkan dalam waktu dekat. Karena harga saham bisa naik turun dalam jangka pendek, tapi cenderung naik dalam jangka panjang jika kamu memilih saham yang tepat.
0 comments